Jumat, 15 Mei 2015

Ridho Budiman Utama | Komisi II: Genjot Sektor Pertanian


DPRD Jawa Barat mendorong produktifitas pertanian untuk menunjang pertumbuhan ekonomi di Jabar. Hal ini dirasa penting agar pijakan perekonomian masyarakat menjadi kuat dan tidak tergantung pihak asing.

Hal ini diungkapkan Ketua Komisi II DPRD Jabar Ridho Budiman Utama saat dimintai tanggapan terkait melambannya pertumbuhan Jabar pada awal 2015 ini. Seperti diketahui, baru-baru ini BPS merilis data pertumbuhan ekonomi nasional.

Berdasarkan data tersebut, pertumbuhan ekonomi Jabar sendiri berada di angka 4,9 persen. Ridho menjelaskan, selama ini Jabar bahkan nasional kurang mengandalkan pertanian sebagai modal utama perekonomian.

Bahkan, kekayaan alam yang dimiliki sangat berpotensi untuk menjadikan pertanian sebagai tulang punggung. Hal ini berdampak pada mudah terpengaruhnya kondisi ekonomi oleh faktor asing.

"Selama ini kita bermain pada minyak. Industri pun bahan-bahannya impor. Jadi fundamental ekonomi masyarakat kita ini lemah," kata Ridho di Gedung DPRD Jabar, Bandung, Jumat (8/5).

Disinggung mengenai minimnya belanja pemerintah yang menjadi penyebab melambannya pertumbuhan ekonomi seperti data yang dirilis BPS, menurut Ridho hal itu suatu kewajaran. Sebab, katanya, pada awal tahun seperti ini, penyerapan anggaran pemerintah masih kecil mengingat aturan dan mekanisme yang mengikatnya.

"Tradisi di caturwulan pertama memang seperti ini, belum belanja. Baru persiapan tender, belum belanja," katanya.

Oleh karena itu, Ridho mendorong pemerintah agar melakukan belanja sesuai perencanaan sehingga lebih efektif dan tepat sasaran. "Nanti kita lihat saja, setelah belanja pemerintah ini berjalan," pungkasnya.

BPS Jabar menilai ekonomi Jabar pada triwulan pertama ini mengalami perlambatan. Kepala Bidang Neraca Wilayah dan Analisis Statistik BPS Jabar Ade Rika Agus mengatakan, hal ini diukur berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang mencapai Rp 364,53 triliun.

Menurutnya, sumber laju pertumbuhan (Source of Growth) secara y-on-y dari sisi lapangan usaha yang memberikan andil pertumbuhan terbesar adalah lapangan usaha industri pengolahan yaitu sebesar 1,76 persen, diikuti perdagangan besar-eceran, dan separasi mobil-sepeda motor sebesar 0,57 persen. "Pertumbuhan ekonomi Jabar melambat hanya 4,93 persen. Namun masih diatas rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional yang hanya 4,71%," katanya, baru-baru ini.

Dia menjelaskan perlambatan ini tidak sejalan dengan iklim investasi yang tumbuh positif. Diduga perlambatan terjadi dari sisi pengeluaran dimana nilai impor relatif tinggi hampir sama dengan nilai ekspor.

Lebih lanjut dia katakan, pertumbuhan ekonomi Jabar didukung oleh hampir semua lapangan usaha, kecuali pertambangan dan penggalian serta pengadaan listrik dan gas yang mengalami kontraksi masing-masing sebesar minus 8,36 persen dan minus 12,81 persen. Menurutnya, struktur PDRB Jabar tidak menunjukan perubahan yang berarti.

Aktivitas permintaan terakhir masih didominasi oleh komponen pengeluaran konsumsi rumah tangga yang mencakup lebih dari separuh PDRB Jabar. Sedangkan pengeluaran konsumsi pemerintah dan pengeluaran konsumsi lembaga non profit memiliki kontribusi relatif kecil terhadap nilai PDRB Jabar.

"Sesuai pola tahunan, konsumsi pemerintah selalu rendah pada triwulan pertama dan akan mencapai puncaknya di triwulan ketiga dan keempat. Kontribusi belanja pemerintah sendiri cukup tinggi, mencapai 5,8 persen," katanya.

sumber : http://dprd.jabarprov.go.id/about/news/read/2015/05/11/komisi-ii-genjot-sektor-pertanian.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar